Breaking News

Sahabat Nabi Ini Ingin Miskin Tapi Selalu Gagal

 


Kalau kebanyakan orang gagal menjadi kaya, lain halnya dengan sahabat nabi yang satu ini. Dia justru selalu gagal menjadi orang miskin.

Mungkin Anda bertanya mengapa dia ingin menjadi orang miskin? Jawabannya adalah karena dia ingin dihisab lebih cepat kelak di akhirat.

Salah satu usaha dia yang ingin menjadi orang miskin tapi gagal, diantaranya ketika suatu waktu petani di Madinah panen kurma tidak memuaskan karena kurmanya busuk.

Sahabat nabi ini lalu memborong semua kurma busuk itu dengan harga standar, artinya harga seperti kurma yang bagus. Niat orang ini agar petani tidak merugi dan supaya hartanya cepat habis. Rugi pun tidak apa - apa, terpenting dia bisa menjadi orang miskin.

Namun apa yang terjadi? Selang beberapa hari ada rombongan dari Yaman ke Madinah dengan tujuan mencari kurma busuk untuk obat wabah di daerah tersebut. Tentu saja, mereka berani membeli dengan harga berlipat - lipat atau harga standar.

Akhirnya tidak ada lagi selain ke sahabat ini karena punya petani sudah dia borong semua. Dibelilah kurma itu dan bukanya rugi justrusahabat nabi ini untung melimpah, padahal niat awalnya tidak mencari untuk melainkan menolong petani dan ingin cepat menghabiskan hartanya. 

Kisah lainnya yaitu dia pernah memborong dagangan dari kota Syam dan dibawa ke Madinah dengan jumlah yang amat banyak.

Siti Aisyah Ra menceritakan sahabat nabi ini seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tidak ada putusnya. 

Dia adalah Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang tidak diizinkan miskin oleh Allah SWT, Kisah hidupnya penuh dengan pelajaran yang inspiratif, terutama dalam hal keinginannya menjadi miskin namun selalu gagal. 

Di saat banyak manusia yang selalu merasa kurang dan ingin memiliki segalanya, Abdurrahman bin Auf justru ingin menjadi seorang yang miskin. Seperti apakah sosok Abdurrahman bin Auf?

Abdurrahman bin Auf lahir di Makkah pada masa Jahiliyah. Beliau dilahirkan pada tahun ke-10 tahun Gajah, tepatnya pada tahun 581 M. Sebelum memeluk Islam, beliau dikenal sebagai seorang pedagang yang sukses dan kaya raya. 

Namun, saat Islam mulai tersebar, Abdurrahman bin Auf mendengarkan dakwah Rasulullah SAW yang membawa hidayah ke dalam hatinya. Ia pun memutuskan untuk memeluk agama Islam pada awal masa kehidupan Rasulullah di Madinah.

Salah satu sifat menonjol yang dimiliki Abdurrahman bin Auf adalah keinginannya untuk hidup dalam kemiskinan. Ia berulang kali mencoba untuk memberikan seluruh kekayaannya kepada orang lain atau untuk berinvestasi dalam amal kebajikan, namun hasilnya selalu gagal. Meskipun begitu, keinginannya untuk hidup dalam kemiskinan tidak mengurangi kebaikan dan kemurahan hatinya.

Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat yang sangat dermawan. Ia kerap memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, baik itu kaum miskin, yatim piatu, maupun pengungsi perang. 

Ia juga terkenal dengan kebaikan hatinya yang tidak pernah terhenti. Meskipun gagal dalam usahanya menjadi miskin, Abdurrahman bin Auf selalu menjaga sikap rendah hati dan tawadhu'.

Dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag), dari Kitab Rijal Haula Al Rasul karya Kholid Muhammad Kholid, dijelaskan Abdurrahman bin Auf Beliau sosok yang terlanjur kaya, sehingga sering disindir Rasulullah SAW, bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dengan berjalan merangkak.

Tentu hal ini membuat Abdurrahman bin Auf sering menangis saat teringat sabda Rasulullah SAW tersebut. Maka beliau sering berdoa: “Jadikan aku miskin! Aku ingin seperti Masab bin Umair atau Hamzah yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. 

Masab bin Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka. Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka. Ya Allah,” rintihnya.

Sosok Abdurrahman bin Auf yang sudah terlanjur ditakdirkan Allah menjadi orang kaya selama hidupnya seringkali berkonsultasi kepada Rasulullah SAW, tentang cara agar masuk surga minimal dengan berjalan kaki dan tidak merangkak. Rasulullah SAW menjawab, “Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk masuk surga!”.

Menurut catatan sejarah, pada akhir hayatnya Abdurrahman bin Auf berwasiat membagi hartanya menjadi 3 bagian. Ketiga bagian tersebut yakni 1/3 dibagikan untuk modal usaha sahabatnya, 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya, dan 1/3 lagi untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Semua dilakukan untuk meringankan langkahnya memasuki pintu surga.

Dalam hidupnya, sahabat nabi Abdurrahman bin Auf menunjukkan keinginannya untuk hidup dalam kemiskinan namun selalu gagal. Meskipun tujuan tersebut tidak tercapai, ia tetap menginspirasi kita melalui kebaikan hati, keikhlasan, dan pengabdian yang tak pernah surut. 

Kisah hidupnya memberikan banyak pelajaran berharga, terutama tentang niat yang tulus, sikap dermawan, kesabaran, dan tawadhu'. Semoga kita dapat mengambil teladan dari sahabat Abdurrahman bin Auf dan menjadikannya inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari bahwa tujuan kehidupan sebenarnya bukanlah di dunia.

Penulis,
Karnoto
Founder AnaBerita.Com

Type and hit Enter to search

Close